Wednesday, July 15, 2009

askep angina pectoris

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
ANGINA PEKTORIS

A Pengkajian
1. Biodata
Dalam pengkajian yang harus di catat adalah identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis, lalu identitas penanggung jawab yang mencantumkan nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, dan hubungan klien, serta sumber biaya yang dipergunakann untuk klien.
2. Lingkup Masalah Keperawatan
Klien dengan Angina Pektoris mengalami serangan sakit dada yang khas, yaitu terasa bagaikan di tekan atau terasa berat di dada yang biasanya terjadi pada dada bagian kiri dan menjalar ke lengan dan leher kiri, sesak nafas, perasaan lelah, dan keringat dingin.
3. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit berisi tentang riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, dan riwayat kesehatan keluarga.
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan Angina Pektoris biasanya datang ke Rumah Sakit dengan keluhan sakit dada yang telah berlangsung secara intermiten lebih dari satu bulan. Pada Angina Pektoris rasa sakit yang klien rasakan biasanya pada daerah sternum atau sub sternum dengan kecenderungan pada bagian kiri dan menjalar ke ekstremitas kiri dan kadang-kadang menjalar ke leher, punggung, rahang, epigastrium, leher, rahang, bahu dan gigi dan ada kasus yang lebih jarang menjalar ke arah kanan. Sakit biasanya terasa bagaikan di tekan benda berat, di peras, atau bagaikan terbakar. Sakit ini cenderung meningkat pada aktifitas berlebih yang dilakukan klien dan tekanan emosional dapat juga muncul pada waktu istirahat. Serangan ini biasa menyerang sekitar 1-5 menit dan akan membaik bila di istirahatkan dan menghirup udara segar sekalipun rasa tidak enak mungkin masih terasa.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien dengan Angina Pektoris biasanya memiliki riwayat obesitas, hipertensi, penyakit arteri perifer, xantelasma, arkus senilis, earlobe crease, atau bahkan infark miokard. Kaji riwayat penyakit di atas dan pengobatan yang dilakukan serta catatan-catatan khusus dari terapi terdahulu yang mendukung timbulnya serangan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu dikaji adanya riwayat penyakit keturunan, misalnya: penyakit jantung, hipertensi, obesitas diabetes, anemia, pernafasan, penyakit ginjal, stroke.
4. Riwayat Psikologis
Klien Angina Pektoris biasanya mengalami kecemasan, ketakutan, dan cenderung menjadi sensitif dan mudah marah.
5. Riwayat Sosial
Biasanya klien dengan Angina Pektoris belum mengalami gangguan dalam bersosialisasi.
6. Riwayat Spiritual
Perlu di kaji tentang harapan, keyakinan, dan dorongan dalam diri klien mengenai keadaan penyakit dan harapan sembuh di hubungkan dengan keyakinan spiritualnya.
7. Kebiasaan Sehari-hari
Pada klien Angina pektoris biasanya terdapat perubahan pada aktivitas yang cenderung menghindari aktivitas berat. Akibat adanya serangan, sering terbangun di malam hari, nafsu makan terganggu yang diakibatkan karena adanya nyeri pada ulu hati, mual; pola eliminasi biasanya tidak mengalami perubahan berarti, demikian juga dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene, tingkat kemandirian klien biasanya masih baik kecuali pada saat serangan terjadi.

8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang harus di kaji adalah:
1. Keadaan Umum
Pada pasien Angina Pektoris biasanya kesadarannya composmentis sampai koma. Apabila serangan berlanjut menjadi infark atau stroke, berat badan relatif stabil karena penurunan aktifitas cenderung di ikuti pembatasan diet. Tanda vital biasanya di temukan tekanan darah tinggi akibat adanya penyempitan pembuluh darah.
a. Sistem Pernafasan
Biasanya terjadi dispnea terutama pada aktivitas berat. Hal ini bisa di akibatkan terjadinya kekurangan suplai darah ke paru-paru sebagai akibat penyempitan pembuluh darah yang berujung pada kurangnya suplai O2 ke jaringan, termasuk jantung.
b. Sistem Kardiovaskuler
Terdapat takikardi, disrimia dengan tekanan darah meningkat, normal, atau bahkan menurun; kulit pucat, membran mukosa lembab, dingin, hal ini sebagai efek dari menurunnya fungsi jantung pada saat serangan.
c. Sistem Gastrointestinal
Pada keadaan normal, sistem gastrointestinal relatif normal kecuali apabila perubahan tersebut diakibatkan oleh hipertensi terus-menerus.
d. Sistem Urinaria
Tidak terdapat perubahan signifikan pada pasien Angina, kecuai jika terjadi komplikasi.
e. Sistem Persarafan
Sistem persarafan tidak tampak perubahan mencolok kecuali jika serangan mengakibatkan kerusakan otak sebagai pusat kendali saraf.
f. Sistem Penglihatan
Biasanya tidak terdapat gangguan penglihatan kecuali ada komplikasi.
g. Sistem Pendengaran
Klien Angina Pektoris biasanya tidak mengalami gangguan pendengaran.
h. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada perubahan pada kondisi normal kecuali pada saat serangan dimana timbul kelelahan, dan rasa nyeri pada ekstrimitas kiri.
i. Sistem Integumen
Kulit biasanya pucat sebagai akibat menurunnya suplai, dingin dan lembab, terasa kebas dan pada kondisi sianosis, kulit menjadi biru.
j. Sistem Reproduksi
Pada klien Angina Pektoris biasanya tidak terdapat gangguan kecuali jika terjadi komplikasi dengan hipertensi.
k. Sistem Endoktrin
Tidak terdapat Perubahan mencolok pada sistem endoktrin.

9. Data Penunjang/Laboratorium
a. Enzim / Iso enzim jantung biasanya PBN, meningkat yang menunjukan kerusakan miokard.
b. EKG : Biasanya normal bila pasien istrahat tetapi dalam depresi pada segmen ST, gelombang T menunjukan iskemia. Penginggian ST atau penurunan lebih dari 1 mm selama nyeri tanpa abnormalitas, bila bebas nyeri menunjukan iskemia miokard transien. Disritmia dan blok jantung juga ada.
c. Pemantauan EKG 24 jam (Holter): dilakukan untuk melihat episode nyeri sehubungan dengan segmen ST berubah. Depresi ST tanpa nyeri menunjukan iskemia.
d. Foto Dada: biasanya normal, namun infiltrat mungkin ada, menunjukan dekompensasi jantung atau komplikasi paru.
e. PCO2 kalium dan laktat miokordium: mungkin meningkat selama serangan Angina.
f. Kolesterol / Trigliserida serum: mungkin meningkat (Faktor resiko CAD).
g. Pacu stres takikardiatrial : dapat menunjukan perubahan segmen ST.
h. Kateterisasi jantung dengan angiografi: Di indikasikan pada pasien dengan iskemia yang di ketahui dengan Angina atau nyeri dada.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan laporan nyeri dengan berbagai frekuensi, durasi dan intensitas (khususnya sesuai memburuknya kondisi), fokus menyempit. Ditandai dengan:
- Perilaku distraksi (menangis, gelisah, merintih, mondar-mandir);
- Respon otomatis, contoh berkeringat, TD dan nadi berubah, dilatasi pupil, peningkatan/penurunan frekuensi pernapasan.
Tujuan:
- Menyatakan/menunjukan nyeri hilang;
- Melaporkan episode angina menurun dalam frekuensi, durasi dan beratnya.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
1) Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada;












2) Kaji dan catat respons pasien / efek obat;



3) Identifikasi adanya pencetus, bila ada frekuensinya, durasinya, intensitasnya dan lokasi nyeri;





4) Observasi gejalayang berhubungan; contoh dispnea, mual/muntah, pusing, palpitasi, keinginan berkemih;





5) Evaluasi laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan/lengan (khususnya pada sisi kiri);



6) Letakkan pasien pada istirahat total pada episode angina;

7) Tinggikan kepala tempat tidur bila pasien napas pendek;

8) Pantau kecepatan/irama jantung;




9) Pantau tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina;







10) Tinggal dengan pasien yang mengalami nyeri atau tampak cemas;



11) Pertahankan tenang, lingkungan nyaman, batasi pengunjung bila perlu.


Kolaborasi:
12) Berikan O2 tambahan sesuai indikasi

13) Berikan antiangina sesuai indikasi. Nitrogliserin: Sublingual (nitrostat, bukal/tablet oral, sprei sublingual)







14) Lanjutkan tablet, kaplet, salep transmukosal, tablet kunyah (kerja panjang). Contohnya Nitro-Dur, Transderm Nitro, Isosorbid (Isordil, Sorbitrate)





15) Penyekat beta, contoh atenolol (Tenormin); Nadolol (Corgard), Metroprolol (lopressor), Propanolol (Inderal)
Analgesik, contoh asetaminofen (Tylenol)



Morfin Sulfat














16) Pantau perubahan seri EKG
1) Nyeri dan penurunan curah jantung dapat merangsang sistem saraf simpatis untuk mengeluarkan sejumlah besar norepinefrin, yang meningkatkan agregasi trombosit dan mengeluarkan tromboxane A2. Ini vasokonstriktor poten yang menyebabkan spasme arteri koroner yang dapat menjadi pencetus, mengkomplikasikan dan atau memperlama serangan angina memanjang. Nyeri tak bisa ditahan menyebabkan respon vasovagal, menurunkan TD dan frekuensi jantung;
2) Memberikan informasi tentang kemajuan penyakit. Alat dalam evaluasi keefektifan intervensi dan dapat menunjukkan kebutuhan perubahan program pengobatan;
3) Membantu membedakan nyeri dada dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi angina tidak stabil/angina stabil biasanya berakhir 3-5 menit sementara angina tidak stabil lebih lama dan dapat berakhir lebih dari 45 menit;
4) Penurunan curah jantung (yang terjadi selama episode iskemia miokard) merangsang sistem saraf simpatis/parasimpatis, menyebabkan berbagai rasa sakit atau sensasi dimana pasien tidak dapat mengidentifikasi apakah berhubungan dengan episode angina;
5) Nyeri jantung dapat menyebar. Contohnya nyeri sering lebih kepermukaan dipersarafi oleh tingkat saraf spinal yang sama;


6) Menurunkan kebutuhan O2 miokard untuk meminimalkan resiko cedera jaringan / nekrosis;
7) Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan napas pendek berulang;
8) Pasien angina tidak stabil mengalami peningkatan disritmia yang mengancam hidup secara akut, yang terjadi pada respon terhadap iskemia dan/atau stress;
9) Tekanan darah dapat meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan simpatis, kemudian turun bila curah jantung dipengaruhi; takikardi juga terjadi pada respons terhadap rangsangan simpatis dan dapat berlanjut sebagai kompensasi bila curah jantung turun;
10) Cemas mengeluarkan katekolamin yang meningkatkan kerja miokard dan dapat memanjangkan nyeri iskemik. Adanya perawat dapat menurunkan rasa takut dan ketidakberdayaan;
11) Stres mental/emosi dapat meningkatkan kerja miokard.




12) Meningkatkan sediaan O2 untuk kebutuhan miokard/ mencegah iskemia
13) Nitrogliserin mempunyai standar untuk pengobatan dan mencegah nyeri angina selama lebih dari 100 tahun. Kini masih digunakan terapi antiangina cornerstone. Efek cepat vasodilator berakhir 10-30 menit dan dapat digunakan secara profilaksis untuk mencegah serangan angina. Catatan: dapat meningkatkan angina vasospastik;
14) Menurunkan frekuensi dan beratnya serangan dengan menghasilkan vasodilatasi panjang/kontinyu. Dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, sakit kepala karena sinar, gejala yang biasanya cepat hilang. Bila sakit kepala tidak dapat ditoleransi ubah dosis atau hentikan obat bila perlu;
15) Menurunkan angina dengan menurunkan kerja jantung (rujuk pada Dx: curah jantung menurun, di bawah ini).
Analgesik ampuh untuk menghilangkan sakit kepala yang disebabkan oleh dilatasi pembuluh darah serebral pada respons terhadap mitral.
Analgesik narkotik poten yang telah banyak memberi efek menguntugkan, contoh menyebabkan vasodilatasi perifer dan menurunkan kerja miokard; mempunyai efek sedatif untuk menghasilkan relaksasi; menghentikan aliran katekolamin vasokontriksi dan selanjutnya efektif menghilangkan nyeri dada berat. Morfin sulfat diberikan IV untuk kerja cepat dan karena penurunan curah jantung mempengaruhi absorpsib jaringan perifer;
16) Iskemia selama serangan angina dapat menyebabkan depresi segmen ST atau peninggian dan inversi gelombang T. seri gambaran perubahan iskemia yang hilang bila pasien bebas nyeri dan juga dasar yang membandingkan pola perubahan selanjutnya.





2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik (iskemia miokard transien/memanjang efek obat), gangguan pada frekuensi atau irama dan konduksi elektrial. Ditandai dengan:
- Perubahan pembacaan hemodinamik;
- Dispnea;
- Gelisah;
- Penurunan toleransi aktivitas; kelemasan;
- Menurunnya nadi perifer;
- Kulit dingin/pucat;
- Perubahan status mental;
- Nyeri dada kontinyu
Tujuan:
- Melaporkan penurunan episode dispnea, angina dan disritmia menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas;
- Berparsitipasi pada perilaku/aktivitas yang menurunkan kerja jantung.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
1) Pantau tanda vital, contoh frekuensi jantung dan TD;




2) Evaluasi status mental, catat terjadinya bingung, disorientasi;

3) Catat warna kulit dan adanya/kualitas nadi



4) Auskultasi bunyi napas dan bunyi jantung. Dengarkan mur-mur;





5) Mempertahankan tirah baring pada posisi selam episode akut

6) Berikan periode istirahat adekuat. Bantu dalam melakuka aktivitas perawatan diri, sesuai indikasi;
7) Tekankan pentingnya menghindari regangan/angkat berat, khususnya selama defekasi;


8) Dorong pelaporan cepat adanya nyeri untuk upaya pengobatan sesuai indikasi;


9) Pantau dan catat efek/kerugian respon obat, catat TD, frekuensi jantung dan irama (khususnya bila memberikan kombinasi antagonis Ca, Beta Bloker, dan Nitrat;





10) Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala gagal jantung kanan;



Kolaborasi:
11) Berikan O2 tambahan sesuai kebutuhan;



12) Berikan obat sesuai indikasi:
- Penyekat saluran Ca, contoh Ditiazem (cardizem); Nifedipin (Procardia); Verapamil (Calan)




- Penyekat beta, contoh atenolol (Tenormin); Nadolol (Corgard); Propanolol (Inderal); Esmolal (Brebrubloe).

13) Diskusikan tujuan dan siapkan untuk menekankan tes dan kateterisasi jantung bila diindikasikan;





14) Siapkan untuk intervensi pembedahan (PTCA, penggantian katup, CABG) sesuai indikasi;










15) Siapkan untuk pindah ke unit perawatan kritis bila kondisi memerlukannya;
1) Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan menurunnya curah jantung. Perubahan juga terjadi pada TD (hipertensi atau hipotensi) karena respon jantung;
2) Menurunkan perfusi otak dapat menghasilkan perubahan sensorium;
3) Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung turun, membuat kulit pucat dan warna abu-abu (tergantung tingkat hipoksia) dan menurunnya kekuatan nadi perifer;
4) S3, S4/ krekels terjadi dengan dekompensasi jantung/beberapa obat (khususnya penyekat beta). Terjadinya mur-mur dapat menunjukkan katup karena nyeri dada, contohnya stenosis aorta, stenosis mitral, ruptur otot papilar;
5) Menurunkan konsumsi O2/kebutuhan menurunkan kerja miokard dan risiko dekompensasi;
6) Penghematan energi, menurunkan kerja jantung;
7) Manuver valsava menyebabkan rangsang vagal, menurunkan frekuensi jantung (bradikardi) yang diikuti oleh takikardi, keduanya mungkin mengganggu curah jantung;
8) Intervensi sesuai waktu menurunkan konsumsi O2 dan kerja jantung dan mencegah/meminimalkan komplikasi jantung;
9) Efek yang diinginkan untuk menurunkan kebutuhan O2 miokard dengan menurunkan stress ventrikuler. Obat dengan kandungan inotropik tidak dapat menurunkan perfusi terhadap iskemik miokardium. Kombinasi nitrat dan penyekat beta dapat memberi efek terkumpul pada curah jantung;
10) Angina hanya gejala patologis yang disebabkan oleh iskemia miokard. Penyakit yang mempengaruhi fungsi jantung menjadi dekompensasi;

11) Meningkatkan sediaan O2 untuk kebutuhan miokard untuk memperbaiki kontraktilitas, menurunkan iskemia, dan kadar asam laktat;
12) Meskipun berbeda pada bentuk kerjanya, penyekat saluran Ca berperan penting dalam mencegah dan menghilangkan iskemia pencetus spasme arteri koroner dan menurunkan tahanan vaskuler, sehingga menurunkan TD dan kerja jantung;
Obat ini menurunkan kerja jantung dengan menurunkan frekuensi jantung dan TD sistolik. Catatan: kelebihan dosis menghasilkan dekompensasi jantung;
13) Tes stres memberikan informasi tentang ventrikel sehat/kuat, yang berguna pada penentuan tingkat aktiviras yang tepat. Angiografi mungkin diindikasikan untuk mengidentifikasi area obstruksi/kerusakan arteri koproner yang memerlukan intervensi bedah;

14) PTCA menjadi prosedur umum pada 15 tahun terakhir. PTCA meningkatkan aliran darah koroner dengan kompres lesi aterosklerosis dan dilatasi lumen pembuluh pada arteri koroner tersumbat. Prosedur ini lebih disukai dari bedah jantung invasif (CABG). CABG dianjurkan bila konfirmasi tes iskemia miokard sebagai akibat penyakit arteri koroner terutama kiri/penyakit pembuluh tigasimtomatik;
15) Nyeri dada dini/memanjang dengan penurunan curah jantung menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan intervensi terus-menerus/darurat.


3. Ansietas (uraikan tingkatan) berhubungan dengan krisis situasi, ancaman terhadap konsep diri (gangguan citra/kemampuan); respon patofisiologis; ancaman terhadap perubahan status kesehatan (penyakit yang dapat menimbulkan perubahan lanjut, ketidakmampuan, bahkan kematian); bicara negatif tentang diri sendiri.

Ditandai dengan:
- Mengekspresikan masalah berkenaan dengan perubahan hidup, peningkatan tegangan/ketidakberdayaan;
- Ketakutan, gelisah
- Hubungan diagnosa dengan hilangnya citra diri sehat, hilangnya tempat/pengaruh;
- Citra diri sebagai orang tak berpengaruh pada keluarga/masyarakat;
- Takur mati sebagai kenyataan.
Tujuan:
- Menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai;
- Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi;
- Menyatakan masalah tentang efek penyakit pada pola hidup, posisi dalam keluarga dan masyarakat;
- Menunjukkan atrategi koping efektif/keterampilan pemecahan masalah.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
1) Jelaskan tujuan tes dan prosedur. Contoh, tes stress;
2) Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut. Contoh, menolak, depresi dan marah. Biarkan pasien/orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi normal. Catat pernyataan masalah. Contoh, “Serangan jantung tidak dapat dielakkan”;





3) Dorong keluarga dan teman untuk menganggap seperti sebelumnya;

4) Beritahu pasien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan atau membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung;


Kolaborasi:
5) Berikan sedatif Tranquilizer sesuai indikasi.
1) Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosa dan prognosis;
2) Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri. Pernyataan masalah dapat menurunkan tegangan, mengklarifikasi tingkat koping, dan memudahkan pemahaman perasaan. Adanya bicara tentang diri negatif meningkatkan tingkat cemas dan eksaserbasi serangan angina;


3) Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah;
4) Mendorong pasien untuk mengontrol tes gejala (contoh:tak ada angina dengan tingkat aktivitas tertentu), untuk meningkatkan kepercayaan pada program medis dan mengintegrasikan kemampuan dalam persepsi diri;

5) Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu membuat strategi koping adekuat.


4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman, informasi tidak akurat / kesalahan interpretasi dan tidak mengenal sumber informasi.
Ditandai dengan:
- Pertanyaan
- Minta Informasi
- Pernyataan Masalah
- Tidak akurat dalam mengikuti instruksi.

Tujuan :
- Berpartisipasi dalam proses belajar
- Mengasumsi tanggung jawab untuk belajar, mencari informasi dan menanyakan. Pertanyaan :
• Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan
• Berpartisipasi dalam program pengobatan.
• Melakukan perubahan pola hidup
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1) Kaji ulang patofisiologi kondisi. Tekankan perlunya mencegah serangan Angina;



2) Dorong untuk menghindari faktor / situasi yang sebagai pencetus episode Angina, Contoh stres emosional, kerja fisik, makan terlalu banyak / berat, terpajan pada suhu suhu lingkungan ekstrem;
3) Bantu pasien / orang terdekat untuk mengidentifikasi sumber fisik dan stres emosi dan diskusikan cara yang dapat mereka hindari;
4) Kaji pentingnya kontrol berat badan, menghentikan merokok, perubahan diet dan olah raga;

5) Dorong pasien untuk mengikuti program yang di tentukan; pencegahan untuk menghindari kelelahan;




6) Diskusikan dampak penyakit sesuai pola hidup yang di inginkan dan aktifitas, termasuk kerja, menyetir, aktivitas seksual dan hobi. Memberikan informasi, privasi, atau konsultasi sesuai indikasi.


7) Tunjukan / dorong pasien untuk memantau nadi sendiri selama aktivitas, jadwal / aktivitas sederhana, hindari regangan;

8) Diskusikan langkah yang di ambil bila terjadi serangan Angina, contoh: menghentikan aktivitas, pemberian obat bila perlu, penggunaan teknik relaksasi.
9) Kaji ulang obat yang di resepkan untuk mengontrol / mencegah serangan Angina;



Kolaborasi:
10) Tekankan pentingnya mengecek dengan dokter, kapan menggunakan obat-obat yang di jual bebas;

11) Diskusikan ASA sesuai indikasi;



12) Kaji ulang gejala yang dilaporkan pada dokter, contoh peningkatan frekuensi / lamanya serangan , perubahan respon pada obat;

13) Diskusikan pentingnya mengikuti perjanjian.

1) Pasien dengan Angina membutuhkan belajar mengapa hal itu terjadi dan apakah dapat di kontrol. Ini adalah Fokus manajemen terapeutik supaya menurunkan infark miokard;
2) Dapat menurunkan insiden / beratnya episode iskemik;




3) Langkah penting pembatasan / mencegah serangan Angina;


4) Pengetahuan faktor resiko penting memberikan pasien kesempatan untuk membuat perubahan kebutuhan;
5) Takut terhadap pencetus serangan dapat menyebabkan pasien menghindari partisipasi pada aktivitas yang telah di buat untk meningkatkan perbaikan (meningkatkan kekuatan miokard dan membentuk sirkulasi kolateral);
6) Pasien enggan melakukan / melanjutkan aktivitas biasanya karena takut serangan Angina / kematian. Pasien harus menggunakan nitrogliserin secara profilaktik sebelum beraktifitas yang diketahui sebagai pencetus Angina;
7) Membiarkan pasien untuk mengidentifikasi aktiftas yang dapat di modifikasi unuk menghndari stres jantung dan tetap di bawah ambang Angina;
8) Menyiapkan pasien pada kejadian untuk menghilangkan takut yang mungkin tidak tahu apa yang harus di lakukan bila terjadi serangan;

9) Angina adalah kondisi rumit yang sering memerlukan penggunanaan banyak obat untuk menurunkan kerja jantung, memperbaiki sirkulasi koroner dan mengontrol terjadinya serangan;

10) Obat yang dijual bebas mempunyai potensi penyimpangan;


11) Mungkin diberikan secara profilaksis harian untuk menurunkan agregasi trombosit dan memperbaiki sirkulasi koroner;
12) Pengetahuan tentang apa yang akan terjadi dapat menghindari masalah yang tidak perlu terjadi untuk alasan yang tidak penting / menunda tindakan gejala penting;
13) Angina adalah gejala penyakit arteri koroner progresif yang harus di pantau dan memerlukan keputusan program pengobatan.